Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, Apa Ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sana itu Ia menjawab, Silakan masuk, Nyonya! Kalau Anda ibunya Eric, sungguh Anda tak punya hati!”. Ia membuka pintu tempat tinggalnya. (1) Tolong katakan, di mana ia sekarang Saya janji menyayanginya dan tidak akan meninggalkannya lagi!” (2) Aku berlari memeluk tubuhnya yang bergetar keras. Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di kolong jembatan,” jawabnya dengan suara terbata-bata. (3) ”Eric. maafkan Ibu, Nak!” Aku sungguh menyesal, mengapa anakku Eric, dulu kutinggalkan. (4) Bukti latar tempat pada kutipan cerita tersebut ditandai nomor?

Denganmemberanikan diri, aku pun bertanya, Apa Ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sana itu Ia menjawab, Silakan masuk, Nyonya! Kalau Anda ibunya Eric, sungguh Anda tak punya hati!”. Ia membuka pintu tempat tinggalnya. (1) Tolong katakan, di mana ia sekarang Saya janji menyayanginya dan tidak akan meninggalkannya lagi!” (2) Aku berlari memeluk tubuhnya yang bergetar keras. Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di kolong jembatan,” jawabnya dengan suara terbata-bata. (3) ”Eric. maafkan Ibu, Nak!” Aku sungguh menyesal, mengapa anakku Eric, dulu kutinggalkan. (4) Bukti latar tempat pada kutipan cerita tersebut ditandai nomor -1

“Hanafi, mudah-mudahan Tuhan mengampuni dosamu. Sebagai ibu yang engkau durhakai dengan lillaahitaala sudh rela mengampuni akan dikau.” Hanafi tergeletak tertawa seolah mencemooh pula,” Hai ibu, mengucap ibu dengan tulusnya barangkali ibu akan mendapatkan ilham, lalu dapat berkata dengan benar. Pada hematku ibulah juga yang banyak bersalah atas diriku.”Nilai moral yang sesuai teks tersebut adalah?

“Hanafi, mudah-mudahan Tuhan mengampuni dosamu. Sebagai ibu yang engkau durhakai dengan lillaahitaala sudh rela mengampuni akan dikau.” Hanafi tergeletak tertawa seolah mencemooh pula,” Hai ibu, mengucap ibu dengan tulusnya barangkali ibu akan mendapatkan ilham, lalu dapat berkata dengan benar. Pada hematku ibulah juga yang banyak bersalah atas diriku.”Nilai moral yang sesuai teks tersebut adalah anak durhaka yang tidak perlu dicontoh

Bacalah kutipan teks cerpen berikut!Astaga, siapa orang-orang ini Tampang mereka seperti orang-orang criminal. Namun, hak mereka sama dengan semua penumpang yang masuk taksiku. Aku tak perlu tahu urusan mereka. Barangkali juga tidak berhak tahu. Meskipun banyak juga yang aku tahu sebagai supir taksi.Nilai moral yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah?

Bacalah kutipan teks cerpen berikut!Astaga, siapa orang-orang ini Tampang mereka seperti orang-orang criminal. Namun, hak mereka sama dengan semua penumpang yang masuk taksiku. Aku tak perlu tahu urusan mereka. Barangkali juga tidak berhak tahu. Meskipun banyak juga yang aku tahu sebagai supir taksi.Nilai moral yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah kehati-hatian seseorang terhadap keadaan sekelilingnya.

Cermatilah kutipan teks cerpen berikut!Kelihatan seorang kakek berjalan bersama cucunya seorang gadis belia yang cantik. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang. Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat hidupnya, siapa sebenarnya kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek terdiam sebentar, kemudian mulailah ia bercerita. “Delapan belas tahun yang lalu, seorang pemuda kota berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini, dan mereka pun menikah. Gadis cantik itu adalah putri kakek satu-satunya.Latar tempat pada cerita di atas adalah?

Cermatilah kutipan teks cerpen berikut!Kelihatan seorang kakek berjalan bersama cucunya seorang gadis belia yang cantik. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang. Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat hidupnya, siapa sebenarnya kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek terdiam sebentar, kemudian mulailah ia bercerita. “Delapan belas tahun yang lalu, seorang pemuda kota berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini, dan mereka pun menikah. Gadis cantik itu adalah putri kakek satu-satunya.Latar tempat pada cerita di atas adalah di bawah pohon rindang.

Aku tak bisa diam, setengah tahun aku ditempatkan di sekolah ini pengelolaan BK aku ubah secara mendasar. Mulai administrasi, cara penanganan siswa, termasuk ruang konsultasi siswa. Namun, langkahku membuat lukman terusik, terutama dalam kasus Diah telah banyak menerima penderitaan, anakitu perlu bimbingan dan kasih sayang bukan penghakiman. Cara pengarang penyampaian tema cerpen adalah?

Aku tak bisa diam, setengah tahun aku ditempatkan di sekolah ini pengelolaan BK aku ubah secara mendasar. Mulai administrasi, cara penanganan siswa, termasuk ruang konsultasi siswa. Namun, langkahku membuat lukman terusik, terutama dalam kasus Diah telah banyak menerima penderitaan, anakitu perlu bimbingan dan kasih sayang bukan penghakiman. Cara pengarang penyampaian tema cerpen adalah melalui kisah hidup tokoh

Cermati teks berikut!Teks 1Suara-suara bising beragam bahasa dunia yang menyelinap dari balik jendela terbuka mulai perlahan menyenyap. Malam makin sepuh. Kubayangkan, para turis yang mulai letih telah memenjarakan dirinya di kamar-kamar hotel untuk menukarkan penat.Suaramu masih benderang, ceritamu seolah tak berujung, sementara ujung malam beringsut mendekat.(Gerimis Senja di Praha, Eep Saefulloh Fatah) Teks 2 Ia menatap sembari mengangguk-angguk. dengan sedikit terkekeh ia balik badan, pergi begitu saja. Saya lepas ia dengan tatapan yang menyimpan rasa cemas. Tampaknya, ia orang paling ditakuti di daerah kami ini.Kemudian, di dalam saya mendapatkan istri sedang ketakutan di sudut kamar. Pucat membias di wajahnya. Pasti tadi ia mengintip atau nguping dari dalam.Kita pindah saja. Salah-salah, orang itu bisa ancam kita! Aku takut! Orang seperti dia itu tidak takut polisi, tidak takut mati. Nekat! Memelas suara istri saya. Saya mencoba menenangkannya.(Pisau, Yusrizal KW)Persamaan kedua teks tersebut adalah?

Cermatiteks berikut!Teks 1Suara-suara bising beragam bahasa dunia yang menyelinap dari balik jendela terbuka mulai perlahan menyenyap. Malam makin sepuh. Kubayangkan, para turis yang mulai letih telah memenjarakan dirinya di kamar-kamar hotel untuk menukarkan penat.Suaramu masih benderang, ceritamu seolah tak berujung, sementara ujung malam beringsut mendekat.(Gerimis Senja di Praha, Eep Saefulloh Fatah) Teks 2 Ia menatap sembari mengangguk-angguk. dengan sedikit terkekeh ia balik badan, pergi begitu saja. Saya lepas ia dengan tatapan yang menyimpan rasa cemas. Tampaknya, ia orang paling ditakuti di daerah kami ini.Kemudian, di dalam saya mendapatkan istri sedang ketakutan di sudut kamar. Pucat membias di wajahnya. Pasti tadi ia mengintip atau nguping dari dalam.Kita pindah saja. Salah-salah, orang itu bisa ancam kita! Aku takut! Orang seperti dia itu tidak takut polisi, tidak takut mati. Nekat! Memelas suara istri saya. Saya mencoba menenangkannya.(Pisau, Yusrizal KW)Persamaan kedua teks tersebut adalah menggunakan sudut pandang akuan

Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal!(1) Dua gentong berusia ratusan tahun itu bagai sepasang manusia renta yang tercampakkan. (2) Keduanya duduk muram di sudut kamar paling belakang. (3) Menekur diam. (4) Bibirnya berlumur lelehan pewarna yang pekat dan sudah mengering.(5) Menatap gentong tua itu tiba-tiba aku seperti melihat bayangan ibumu. (6) Melihat kedua tangannya yang berwarna kerak nasi dan telah menghasilkan lembar-lembar batik gentongan, yang sebagian dijual dan sebagian lagi sudah dipersiapkan untuk pernikahanmu, sebagaimana kewajiban seorang ibu memersembahkan hadiah itu, meskipun sudah pernah kautegaskan bahwa itu tidak perlu!(7) Dialah perempuan Tanjungbumi yang tak lelah menyunggi tradisi meskipun berkelindan dengan sepi.(8) Hanya pada dua gentong tua itu akan kautemukan bayangan ibumu. (9) Bersama benda peninggalan leluhur itulah ibumu berkarib memilin sepi. (10) Menunggumu pulang dengan kerinduan berkelindan. (11) Dan kini, benda tua itu tampak muram ditinggal pemiliknya. (12) Gelap yang tersisa saat kulongokkan kepala, mengintip ke dalam. (13) Mirip bilik hati ibumu; tak tertebak bagai lorong rahasia yang panjang.(Gentong Tua, Muna Mayasari)Kalimat bermajas personifikasi dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor?

Cermatikutipan cerpen berikut untuk menjawab soal!(1) Dua gentong berusia ratusan tahun itu bagai sepasang manusia renta yang tercampakkan. (2) Keduanya duduk muram di sudut kamar paling belakang. (3) Menekur diam. (4) Bibirnya berlumur lelehan pewarna yang pekat dan sudah mengering.(5) Menatap gentong tua itu tiba-tiba aku seperti melihat bayangan ibumu. (6) Melihat kedua tangannya yang berwarna kerak nasi dan telah menghasilkan lembar-lembar batik gentongan, yang sebagian dijual dan sebagian lagi sudah dipersiapkan untuk pernikahanmu, sebagaimana kewajiban seorang ibu memersembahkan hadiah itu, meskipun sudah pernah kautegaskan bahwa itu tidak perlu!(7) Dialah perempuan Tanjungbumi yang tak lelah menyunggi tradisi meskipun berkelindan dengan sepi.(8) Hanya pada dua gentong tua itu akan kautemukan bayangan ibumu. (9) Bersama benda peninggalan leluhur itulah ibumu berkarib memilin sepi. (10) Menunggumu pulang dengan kerinduan berkelindan. (11) Dan kini, benda tua itu tampak muram ditinggal pemiliknya. (12) Gelap yang tersisa saat kulongokkan kepala, mengintip ke dalam. (13) Mirip bilik hati ibumu; tak tertebak bagai lorong rahasia yang panjang.(Gentong Tua, Muna Mayasari)Kalimat bermajas personifikasi dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor -2

Bacalah penggalan cerita pendek di bawah ini dengan saksama! Sebenarnya romo tidak terlalu kolot. Beliau tidak menghalangi hubunganku dengan Sri, anak orang biasa. Romo tidak mengharuskan aku kawin dengan seorang Den Ayu, atau setidak-tidaknya anak orang terpandang. Hanya itu masalahnya, aku terlalu muda untuk cepat-cepat kawin. Aku harus kuliah dulu, dan aku memang ingin kuliah. Aku tidak mau sekedar menjadi camat seperti romo. Tapi. Pak Karto. Watak Romo dalam kutipan cerita tersebut adalah?

Bacalah penggalan cerita pendek di bawah ini dengan saksama! Sebenarnya romo tidak terlalu kolot. Beliau tidak menghalangi hubunganku dengan Sri, anak orang biasa. Romo tidak mengharuskan aku kawin dengan seorang Den Ayu, atau setidak-tidaknya anak orang terpandang. Hanya itu masalahnya, aku terlalu muda untuk cepat-cepat kawin. Aku harus kuliah dulu, dan aku memang ingin kuliah. Aku tidak mau sekedar menjadi camat seperti romo. Tapi. Pak Karto. Watak Romo dalam kutipan cerita tersebut adalah demokratis